Taruna Ikrar
Seorang ilmuan dan dokter Indonesia, Taruna Ikrar, diajukan sebagai calon penerima hadiah Nobel Kedokteran 2016 oleh University of California. Penemuannya termasuk alat pencegah gangguan mental dan pempercepat penyembuhan, namun belum berhasil membawa pulang Nobel untuk Indonesia.
Lahir sebagai Jenius makasar
Taruna Ikrar mungkin belum familiar bagi banyak orang di Indonesia, tetapi namanya menjadi sorotan internasional ketika diumumkan sebagai kandidat peraih Nobel 2016. Lahir di Makassar, Sulawesi, Ikrar berhasil menarik perhatian dunia dengan prestasinya yang luar biasa.
Kehidupan dan Pendidikan Awal
Taruna Ikrar adalah lulusan Universitas Hasanuddin di Makassar, di mana ia memulai perjalanan akademiknya. Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Hasanuddin, ia melanjutkan ke Universitas Indonesia untuk mendalami farmakologi, menunjukkan dedikasi awalnya dalam bidang kedokteran.
Beasiswa dan Studi Internasional
Berkat prestasinya, Ikrar mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Jepang untuk melanjutkan studi doktoralnya di Jepang. Selain itu, ia juga mengikuti program visiting doctors di Italia, yang memperluas wawasan dan keterampilannya di bidang kedokteran.
Studi Postdoktoral di AS
Setelah itu, Taruna Ikrar menyelesaikan studi postdoktoralnya di University of California. Di sinilah ia menjadi staf akademik dan melanjutkan penelitian-penelitian penting yang telah mengubah pandangan dunia tentang otak, saraf, dan jantung.
Penemuan yang Mengubah Dunia
Selama tinggal di Amerika Serikat, Profesor Dr. Taruna Ikrar, M.Pharm, MD, PhD telah mendalami bidang pemetaan otak (brain mapping). Beliau dikenal sebagai seorang dokter yang memiliki sejumlah penemuan signifikan. Sebelumnya, beliau telah menghasilkan 63 penemuan. Saat ini, jumlah penemuannya telah bertambah menjadi 67, dengan keterlibatan dalam 27 proyek penelitian di ranah sains dan kedokteran.
Penemuan pertama dan kedua
Penemuan Pertama: Laser Photo-stimulation Penemuan pertamanya yang dipatenkan adalah Laser Photo-stimulation dan Voltage Sensitive Dye Imaging. Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk memantau peran dan dinamika otak dengan akurasi tinggi, memperlihatkan aktivitas sel saraf secara rinci.
Penemuan Kedua: Opto-genetics Imaging Penemuan kedua, Opto-genetics Imaging, menggunakan cahaya untuk memvisualisasikan aktivitas otak dan mendiagnosis kondisi otak dengan cara yang inovatif. Ini merupakan model baru dalam penelitian dan diagnosis penyakit saraf.
Nominasi Nobel 2016
Taruna Ikrar dinyatakan sebagai kandidat penerima Nobel 2016 berkat kontribusinya yang luar biasa dalam bidang kedokteran. Penghargaan ini merupakan pengakuan terhadap penelitian dan penemuan-penemuannya yang revolusioner.
Penggunaan Penemuan di Institusi Terkenal
Penemuan Ikrar digunakan oleh berbagai institusi bergengsi di seluruh dunia, termasuk Harvard University. Ini menandakan pengakuan global terhadap kualitas dan relevansi karyanya dalam dunia ilmiah.