Tokoh ilmuan Indonesia yang Diakui Dunia “Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D”

Pengenalan dan Pengakuan Internasional: Adi Utarini, lahir pada 4 Juni 1965, adalah seorang pengajar dan peneliti dari Indonesia yang terkemuka. Ia dikenal luas atas karyanya di bidang kesehatan masyarakat, terutama dalam proyek pengurangan demam berdarah dengan intervensi nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta. Penghargaan atas kontribusinya terlihat jelas ketika pada tahun 2020, jurnal ilmiah Nature memasukkannya dalam daftar 10 peneliti paling berpengaruh di dunia. Setahun kemudian, namanya masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time.

Pendidikan dan Pengembangan Karir Akademis: Adi Utarini menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dan lulus pada tahun 1989. Ia melanjutkan pendidikannya dengan memperoleh dua gelar S2 dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health, Inggris (1994), dan Universitas Umeå, Swedia (1997). Penelitiannya di tingkat doktor di Universitas Umeå berfokus pada program pengendalian malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dan meraih gelar doktornya pada tahun 2002.

Peran dalam Dunia Akademik dan Proyek Dengue: Sebagai pengajar di UGM, Utarini memiliki spesialisasi dalam pengendalian penyakit dan kualitas pelayanan kesehatan. Ia juga memimpin Eliminate Dengue Project di Yogyakarta, sebuah kota dengan tingkat penularan dengue yang tinggi. Pada tahun 2018, ia menjadi pembicara dalam seminar TEDx, membahas upaya pengurangan dengue di Yogyakarta.

Kepemimpinan dalam Pendidikan dan Penelitian: Utarini bertanggung jawab atas mata kuliah Metode Penelitian di program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan program S2 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di UGM. Ia juga telah menjabat dalam beberapa peran penting lainnya, termasuk sebagai anggota Dewan Riset Nasional (2015-2022) dan Editor Utama The Journal of Hospital Accreditation yang diterbitkan oleh KARS.

Kontribusi dalam Kebijakan dan Strategi Nasional: Utarini aktif sebagai Peneliti Utama di World Mosquito Program Yogyakarta sejak tahun 2013. Selain itu, ia juga terlibat sebagai Konsultan dalam pengembangan Kebijakan dan Strategi Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan sejak 2017. Karya-karya risetnya telah dipublikasikan dalam lebih dari 30 jurnal kesehatan internasional.

Metode Wolbachia dan Pengaruhnya: Utarini memainkan peran penting dalam penelitian penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi penyebaran penyakit seperti dengue. Metode ini berhasil mengurangi kasus dengue hingga 77% di Yogyakarta. Penelitian ini dianggap sebagai langkah penting dalam pemberantasan dengue, yang menginfeksi jutaan orang setiap tahunnya.

Tantangan dan Kontroversi dalam Penelitian: Penelitian Utarini sempat menghadapi penolakan dari beberapa pihak yang khawatir metode Wolbachia dapat memicu penyakit baru. Namun, Utarini berhasil meyakinkan bahwa metode ini aman dan bukan hasil rekayasa genetika. Bakteri Wolbachia yang digunakan bukanlah organisme hasil modifikasi genetik, sehingga penelitian ini tidak berbahaya.

Pengakuan atas Kontribusi Ilmiah: Pada tahun 2020, Nature mengakui kontribusi Utarini dengan memasukkannya dalam daftar 10 ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Utarini juga dikenal sebagai “Prof Uut” dan digambarkan oleh rekan-rekannya sebagai sosok yang pendiam namun persuasif. Di luar kegiatan akademik, ia memiliki minat dalam musik, khususnya piano dan bersepeda.

Penghargaan dan Warisan Akademis: Utarini telah menulis beberapa buku, termasuk memoar tentang perjalanan karirnya yang mencerminkan rasa syukur dan keinginannya untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. Dalam bidang akademik dan musik, ia telah memberikan dampak yang signifikan, baik melalui penelitian kesehatan maupun kontribusinya dalam dunia musik di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *