2 Mei 2025 menjadi hari dimulainya kebijakan baru dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Para siswa yang dinilai bermasalah dalam perilaku dan kedisiplinan mulai dikirim ke barak militer untuk mengikuti pendidikan khusus berbasis pelatihan militer. Gagasan ini langsung menuai perhatian nasional dan bahkan menimbulkan pro dan kontra di kalangan pendidik, orang tua, dan pengamat pendidikan.
Namun, di balik kontroversinya, ada hal menarik yang patut dipertimbangkan secara serius: bisakah pendekatan ini benar-benar membentuk generasi yang lebih tangguh, seperti yang terjadi di negara-negara maju?
🇨🇳 Menengok ke Negara Maju: Belajar dari China
Negara seperti China sejak lama menerapkan pendekatan disiplin ketat dalam sistem pendidikan mereka. Bahkan sejak sekolah dasar, siswa dilatih untuk fokus, teratur, dan memiliki tanggung jawab sosial. Hasilnya terlihat:
- Generasi muda China unggul dalam akademik dan riset
- Memiliki daya juang tinggi dalam bisnis dan inovasi
- Berkontribusi dalam menjadikan China sebagai kekuatan ekonomi dunia
Disiplin bukan hanya membentuk anak yang patuh, tetapi juga menciptakan pola pikir gigih, tahan banting, dan visioner.
🇮🇩 Lalu, Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia saat ini sedang berada di persimpangan antara tantangan generasi muda yang rapuh secara mental, dengan peluang menjadi negara maju melalui bonus demografi.
Gagasan Dedi Mulyadi bisa menjadi awal dari:
- Pendidikan berbasis karakter dan mental
- Pembentukan generasi pelajar yang mandiri, tangguh, dan tidak gampang menyerah
- Sistem pendidikan yang tidak hanya mengejar nilai, tetapi mempersiapkan anak-anak menghadapi dunia nyata
⚠️ Tapi… Apa Risikonya?
Setiap pendekatan pasti memiliki sisi risiko. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan:
- Apakah pendekatan militer bisa membuat siswa trauma?
- Apakah ini justru membatasi kreativitas anak?
Solusinya bukan membatalkan, tetapi memastikan ada pendampingan psikologis, evaluasi berkala, serta keterlibatan guru dan keluarga.
Jika berhasil diterapkan dengan benar, ini bisa menjadi “benturan awal” positif yang membentuk karakter kuat untuk masa depan.
✨ Mimpi Besar: Generasi Mandiri yang Siap Go Global
Bayangkan jika pendekatan ini sukses:
Kita akan memiliki generasi muda yang tidak hanya disiplin dan gigih, tapi juga siap bersaing di level global, bahkan kuliah di luar negeri dan membangun bisnis sendiri di usia muda.
Mereka akan:
- Lebih siap menghadapi tantangan akademik
- Terlatih untuk belajar secara mandiri
- Punya jiwa kepemimpinan dan semangat pantang menyerah
🌍 Apa Hubungannya dengan IELTS dan Kuliah di Luar Negeri?
Sukses kuliah ke luar negeri, apalagi dengan beasiswa, tidak cukup dengan pintar bahasa Inggris saja.
Yang dibutuhkan:
- Disiplin tinggi dalam belajar
- Ketekunan meski skor IELTS belum mencukupi
- Mental kuat menghadapi tekanan dan ketidakpastian
Di Leiden Institute, tempat belajar IELTS dan persiapan studi ke luar negeri, kami melihat sendiri bagaimana mental tangguh lebih penting daripada sekadar nilai akademik. Siswa yang punya kedisiplinan tinggi justru lebih cepat mencapai skor target dan lolos seleksi beasiswa.
🔑 Pendidikan Karakter: Fondasi Masa Depan yang Kuat
Siswa yang dibentuk dengan pola pikir tahan banting lebih siap menghadapi:
- Persaingan global
- Dunia perkuliahan di luar negeri
- Tantangan dunia kerja dan bisnis masa depan
Kami percaya bahwa pendekatan pendidikan karakter seperti ini, bila diimbangi dengan bimbingan akademik seperti IELTS, bisa menjadi kombinasi sempurna membentuk generasi unggul Indonesia.
📢 Ingin Jadi Bagian dari Masa Depan Emas Indonesia?
Setuju atau tidak, kebijakan ini membuka diskusi besar soal pendidikan kita:
Apakah kita sudah cukup membentuk karakter dan mental anak-anak kita?
Dan… kalau kamu punya mimpi kuliah ke luar negeri, disiplin adalah kuncinya.
💡 Mulai langkah pertamamu bersama Leiden Institute:
- Belajar IELTS
- Dapat strategi lolos beasiswa
- Bergabung dengan ribuan alumni yang sudah sukses kuliah di luar negeri!



